jadikanlah kekuranganmu menjadi sebuah kelebihan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

makalah psikologi pendidikan "teori belajar"


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Belajar adalah “key term” yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.menurut (Slameto,2010) belajar didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[1],selain itu (Mustaqim dan Abdul Wahib,2010) mendefinisikan bahwa belajar itu adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi atau situasi-situasi di sekitar kita,dalam menyesuaikan diri itu termasuk mendapatkan kecekatan pengertian-pengertian yang baru ,atau sikap-sikap yang baru[2].
Jadi dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwasannya belajar itu adalah suatu proses perubahan,perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan  lahir tetapi juga perubahan batin ,tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang tampak ,tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan itu bukan perubahan negatif,tetapi perubahan yang positif ,yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan.
Kata “belajar” itu sendiri sebenarnya sudah lama muncul didalam persefektif pendidikan,sejak dari manusia baru dilahirkan dimuka bumi hingga beranjak dewasa dan tua kegiatan belajar masih saja terus dilakukan,misalnya saja dalam perkembangan kecakapan berbicara,menurut fitrahnya setiap bayi yang normal memiliki potensi untuk cakap berbicara seperti ayah bundanya,namun kecakapan berbicara sang bayi itu takan pernah terwujud dengan baik tanpa upaya belajar walaupun proses kematangan perkembangan mulutnya telah selesai,melalui contoh tersebut dapat dipahami bahwa makna belajar sebenarnya sudah ada sejak manusia dilahirkan hanya saja seiring berjalannya waktu yang mengarah kepada kehidupan yang kontenporer belajar terus dikembangkan dan mendapatkan perhatian yang sangat serius dari pemerintah negara termaksud Indonesia.Secara yuridis nasional Indonesia  mengatur sistem pendidikan (yang termasuk belajar) didalam berbagai ketentuan konstitusional. Baik dalam UUD 1945 maupun dalam berbagai produk peraturan perundang-undangan lainya.
Maka dengan adanya perhatian yang serius dari pemerintah dan kerja sama dari anggota negara akan tercipta suatu proses belajar mengajar yang efisien dan pastinya membentuk pendidikan yang berkualitas guna meningkatkan sumber daya manusia yang cerdas serta berakhlak mulia,meski tidak dapat dipungkiri  saat ini masih banyak faktor yang menjadikan pendidikan di Indonesi terhambat,hal itu pastinya sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.Tetapi selain itu yang perlu disadari bahwa pada dasarnya belajar merupakan kewajiban bagi setiap individu dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan meskipun banyak tantangan yang akan dihadapi,namun setelah itu manusia akan memperoleh derajat kehidupan yang tinggi,sesuai dengan firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan[3].(QS. Al-Mujadalah: 11 )
Dari bunyi ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bukan saja negara namun islam juga memandang pentingnya belajar itu.Belajar merupakan jendela dunia,dengan belajar orang bisa mengetahui banyak hal. Dalam persefektif islam makna belajar bukan hanya sekedar upaya perubahan prilaku,konsep belajar dalam islam merupakan konsep belajar yang sangat ideal,karena sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Tujuan belajar dalam islam bukanlah mencari rezeki di dunia ini semata,tetapi juga untuk sampai kepada hakikat memperkuat akhlak,artinya mencari atau mencapai ilmu yang sebenarnya dengan akhlak yang sempurna.

B.       Perumusan Masalah
1)   Apasajakah metode dalam belajar itu?
2)   Apasajakah teori-teori yang berkenaan dengan belajar?
3)   Bagaimanakah prinsip-prinsip diterapkan dalam belajar ?
4)   Apasajakah faktor yang mempengaruhi belajar?
5)   Apasajakah faktor kesulitan dalam belajar?
6)   Bagaimanakah bisa terjadi transfer dan lupa dalam belajar?
7)   Mengapa harus ada motivasi dalam belajar?
8)   Apakah kegunaan evaluasi dalam belajar?

C.      Tujuan Penulisan
Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah      ini adalah:
1)   Untuk mendeskripsikan metode dalam belajar.
2)   Untuk menjelaskan teori-teori yang berkenaan dengan belajar.
3)   Untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip diterapkan dalam belajar.
4)   Untuk menjelaskan faktor apasajakah yang mempengaruhi belajar.
5)   Untuk menjelaskan faktor kesulitan dalam belajar.
6)   Untuk mendeskripsikan pentingnya motivasi dalam belajar.
7)   Untuk menjelaskan kegunaan evaluasi dalam belajar.



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pokok Permasalahan

1.    Metode-Metode Dalam Belajar
Ada 5 metode yang sering digunakan dalam belajar,yaitu[4]:
1)   Metode Belajar SQ3R
Survey:yakni memeriksa atau meneliti seluruh teks
Question,yakni menyusun daftar pertanyaan dari teks
Read,yakni membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban
Recite,yakni menghafal setiap jawaban yang ditemukan
Review,yakni meninjau ulang seluruh jawaban.

2)   Metode Mengikuti Pelajaran atau Kuliah
Meliputi: Do’a,memeriksa keperluan belajar,Kosentrasikan pikiran pada pembahasan,catat pokok-pokok pembahasan yang dijelaskan,ajukan pertanyaaan jika ada bagian yang belum jelas,apabila guru atau dosen memberikan tugas  mintalah penjelasan secukupnya,dan yang terakhir biasakan masuk dan belajar diperpustakaan.

3) Metode Belajar Sendiri di Rumah
Meliputi: Do’a,membuka kembali catatan singkat pelajaran,pada akhir catatan rumuskanlah pertanyaan,temukanlah jawaban dari pokok pertanyaan yang dibuat,apabila masih ragu dengan jawaban tersebut tanyakanlah kepada guru disekolah,belajarlah pada saat yang paling anda inginkan,jangan memforsir belajar terus menerus,sebelum tidur bacalah pertanyaan dan jawaban yang anda buat.

4) Metode Belajar Kelompok
Meliputi: Pilih teman yang paling cocok bergabung,tetapkan pimpinan kelompok untuk mengatur diskusi,rumuskan pertanyaan yang akan dibahas,bahas dan pecahkan persoalan satu persatu sampai tuntas,jika ada persoalan yang tidak bisa dipecahkan tanyakan pada guru disekolah,catat kesimpulan hasil belajar.

5) Metode Mempelajari Buku Teks
Meliputi: Do’a sebelum belajar,lihat daftar isi buku yang dipelajari,bukalah halaman bab yang dikehendaki,bacalah terlebih dahulu semua butir yang ada didalamnya,ulangi membaca bab tersebut secara lebih mendalam,lihat indeks apabila hal-hal yang anda baca tidak terdapat maknanya,buka kamus apabila tidak mendapatkan arti dari istilah-istilah asing.

2.    Teori-Teori belajar
Secara pragmatis,teori belajar merupakan prinsip umum yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.Adapun teori-teori belajar itu adalah sebagai berikut[5]:
1)   Teori Koneksionisme (Connectionism)
Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen Thorndike menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena-fenomena belajar.

2)   Teori Pembiasaan Klasikal (Classical Connditioning)
Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan berkebangsaan Rusia. Pada dasarnya classical conditioning merupakan sebuah prosedur penciptaan reflek baru dengan mendatangkan stimulus sebelum terjadi nya reflek tersebut.

3)   Teori Pembiasaan Prilaku Respons ( Operant Conditioning)
Operant adalah sejumlah perilaku atau rspon yang membawa efek sama terhadap lingkungan yang dekat  (Reber,1988)tidak seperti respondent conditioning yang responya didatangkan oleh stimulus tertentu,respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,melainkan oleh reinforcer (stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu)

4)   Teori Pendekatan Kognitif (Cognitive Theory)
Teori ini merupakan bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan, termasuk psikologi belajar. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin ilmu yang terdiri atas psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer linguistik, intelegensi buatan, matematika, epistimologi, dan psikologi saraf.

5) Teori Pembiasaan Asosiasi Dekat (Contiguous Conditioning)
     Menurut teori ini apa yang sesungguhnya dipelajari orang adalah reaksi atau respons terakhir yang muncul atas sebuah rangsangan atau stimulus.Artinya,setiap peristiwa belajar hanya mugkin terjadi sekali saja untuk selamanya atau sama sekali tak terjadi (Reber,1989:153)


6) Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
     Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan).

3.    Prinsip-Prinsip Belajar
Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar harus sudah diterapkan saat kegiatan belajar berlangsung,hal ini bertujuan agar hasil belajar yang nantinya diperoleh maksimal,adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan itu adalah[6]:
1)   Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif.
2)   Belajar harus dapat menimbulkan motivasi guna mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
3)   Dalam belajar perlu lingkungan yang menantang.
4)   Dalam belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkunganya.
5)   Belajar harus bersifat kontinyu
6)   Belajar harus menggunakan sarana yang cukup
7)   Belajar harus bersifat repetisi.

4.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
                                    Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam[7]:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
Meliputi: motivasi, minat ,sikap,bakat
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa.
Meliputi: -Lingkungan sosial (keluarga,sekolah,masyarakat)
 -Lingkungan non sosial (udara,air,sarana dan prasarana  belajar)
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan untuk mempelajari materi-materi pelajaran.

5.    Kesulitan Dalam Belajar
  Pada dasarnya bahwa kesulitan belajar anak didik bukan disebabkan oleh rendahnya inteligensi. Karena dalam kenyataannya cukup banyak anak didik yang mempunyai inteligensi yang tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah, jauh dari yang diharapkan.
 Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik ialah terdiri dari bermacam-macam faktor,faktor-faktor tersebut ialah[8]:
1)   Faktor Internal,meliputi:
a.    Yang bersifat kognitif, antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi anak didik.
b.    Yang bersifat efektif, antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c.    Yang bersifat psikomotor, antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

2)   Faktor Eksternal,meliputi:
a.    Lingkungan keluarga, contohnya; ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b.    Lingkungan perkampungan/masyarakat, contoh; wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer gruop) yang nakal.
c.    Lingkingan sekolah, contohnya; kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

6.    Transfer dan Lupa dalam Belajar[9]
a.    Transfer belajar
                 Transfer belajar terjadi apabila seorang dapat menerapkan sebagian atau semua kecakapan-kecakapan yang telah dipelajari kedalam suatu situasi lain. Biasanya transfer ini terjadi karena adanaya persamaan sifat antara belajar yang lama dengan yang baru, meskipun tidak benar-benar sama.

b.    lupa
                 Pengalaman sehari-hari menunjukkan kepada kita bahwa tidak semua yang telah kita alami dan kita pelajari melekat dalam ingatan kita.sering kali terjadi, justru yang telah kita pelajari sungguh-sungguh sukar diingat dan mudah dilupakan.menurut penelitian yang dilakukan ahli psikologi bahwa lupa disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya:
1)   Apa yang diamati.
2)   Bagaimana proses pengamatan itu berkangsung.
3)   Apakah yang terjadi dalam jangka waktu terselang itu.
4)   Bagaimana situasi ketika berlangsungnya ingatan itu.

7.    Motivasi Dalam Belajar
Menurut (Mustaqim dan Drs. Abdul Wahib,2010)[10] motivasi adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu dengan tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya.Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia untuk dapat menyusuaikan dan akhirnya mendapat kepuasaan disebut dinamika manusia.
Belajar dapat dipengaruhi oleh motivasi yang intrinsik artinya dapat dibentuk di dalam diri individu itu sendiri, adanya suatu kebutuhan ini dapat berkembang menjadi suatu perhatian atau suatu dorongan.Guru biasanya dapat merangsang perhatian dan dorongan siswa dengan cara memberi partisipasi,penghargaan,hukuman,perhatian,pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi.

8.    Evaluasi Hasil Belajar
Dalam mengevaluasi kegiatan belajar atau hasil belajar siswa,hendaknya guru memerhatikan aspek-aspek psikologis siswa,seperti intelegensi (kecerdasan) ,kemampuan,minat,motivasi,bakat,dan  sikap sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.Penilaian hasil belajar tersebut meliputi aspek kognitif,afektif,dan psikomotor[11].

B. Sejarah Perkembangan
                 Secara historis pendidikan belajar mengajar di Indonesia telah mengalami proses semenjak era dimulainya peradaban Nusantara.
ini membuktikan, bahwa sesungguhnya semangat bangsa Indonesia untuk menjadi warga negara-dunia yang terpelajar dan berpengetahuan sungguh sangat besar. Amat disadari pula, bahwa dengan proses belajarlah bangsa Indonesia diharapkan dapat merebut kemerdekaan, menata negara dan mewujudkan cita-cita bersama. Kebodohan dan keterbelakangan sudah terbukti merupakan sasaran empuk bagi munculnya penjajahan, penindasan dan perilaku yang tidak berprikemanusiaan.
                 Sampai saat ini, kegiatan belajar mengajar masih mendapat porsi wacana yang cukup besar diperbincangkan oleh warga bangsa. Hal ini tentu merupakan implikasi dari keinginan yang dinamis dari seluruh warga bangsa untuk senantiasa menginginkan pelaksanaan belajar yang sesuai dengan cita-cita bangsa sebagaimana termuat dalam mukaddimah UUD 1945.Jika dilihat dari undang-undang pasal 31 ayat 2 sampai 5 tentang pendidikan yang telah diatur oleh negara seharusnya kegiatan belajar mengajar tidak lagi mengalami persoalan yang serius dalam prosesnya,namun seperti yang telah diketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya.
                 Guru-guru tentunya mempunyai harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun.
                 Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai untuk hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah[12].
Untuk dapat memberikan solusi secara tepat atas kesulitan tersebut ,guru harus terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala-gejala secara cermat terhadap fenomena-fenomena yang menunjukkan adanya kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa),maka alternatif solusinya pun biasanya akan melibatkan banyak komponen,artinya komponen guru saja belum memungkinkan untuk memberikan solusinya sacara tuntas.

C. Benang Merah Permasalahan
Dunia pendidikan sekarang dituntut untuk senantiasa melakukan inovasi dalam pembelajaran,melalui berbagai macam aspek. mulai dari visi, misi, tujuan, program, layanan, metode, teknologi, proses, sampai evaluasi. Bagi seorang Pendidik, pemilihan model pembelajaran hendaknya dilakukan secara cermat, agar pilihan itu tepat atau relevan dengan berbagai aspek pembelajaran yang lain, efisien dan juga menarik.
Tidak jarang didalam aspek pembelajaran itu terdiri dari berbagai macam kategori,ada tiga katagori utama atau kerangka filosofis dari teori-teori belajar,yaitu: behaviorisme, kognitivisme, dan kontruktivisme. Secara garis besar, behaviorisme hanya berfokus pada aspek-aspek obyektif yang diamati pada proses pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan bagaimana otak bekerja dalam mempelajari sesuatu. Sedangkan teori konstruktivisme mengemukakan bahwa belajar sebagai proses saat peserta didik secara aktif membangun ide-ide baru dalam belajar.Maka dari sejumlah teori-teori belajar,teori inilah yang menonjol dan dijadikan teori dalam pembelajaran pendidikan.
Secara umum teori-teori belajar tersebut muncul dalam konteks pendidikan karena masih banyak dari lapisan orang-orang yang berpendidikan perduli terhadap kondisi pendidikan yang bermutu.Oleh karena itu sejumlah ilmuan berusaha melakukan eksperimen yang berkaitan dengan peristiwa belajar agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
Namun seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan yang sebelumnya bahwa seberapa besar upaya yang dilakukan untuk memajukan pendidikan pastilah juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar tersebut,namun usaha mengatasi kesulitan belajar itu tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktornya saja yang diduga sebagai penyebab.Karena, mencari sumber-sumber penyebab penyerta lainnya mutlak dilakukan secara akurat, efektif dan efisien.
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu[13]:

1)   Pengumpulan data
         Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah.
2)   Pengolahan data
Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak di olah secara cermat. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik jelas tidak dapat diketahui, karena data yang terkumpul itu masih mentah, belum dianalisis dengan saksama.
3)   Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja keputusan di ambil setelah dilakukan analisis terhadap data yang diolah.
4)   Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognisis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak yang membantunya keluar dari kesulitan belajar.
5)   Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan yang dimaksud disisni adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis.
6)   Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Kemungkinan gagal atau berhasil treatment yang telah diberikan kepada anak, dapat diketahui sampai sejauh mana kebenaran jawaban anak terhadap item-item soal yang diberikan dalam jumlah tertentu melalui alat evaluasi berupa tes prestasi belajar atau achivement test.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Belajar adalah “key term” yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.menurut (Slameto,2010) belajar didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya[14], Ada 5 metode yang sering digunakan dalam belajar,yaitu[15]:Metode Belajar SQ3R,Metode Mengikuti Pelajaran atau Kuliah,Metode Belajar Sendiri di Rumah, Metode Belajar Kelompok,Metode Mempelajari Buku Teks.
Selain itu ada banyak teori tentang belajar,namun teori yang paling menonjol dan dijadikan prinsip dalam dunia pendidikan ialah teori behaviorisme, kognitivisme, dan kontruktivisme.Dalam belajar ada juga faktor-faktor yang mempengaruhinya diantaranya yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap,yaitu[16]:Pengumpulandata,pengolahandata,diagnosis,prognosis,treatment, evaluasi.






Daftar Pustaka


Slameto,Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya,Jakarta:Rineka Cipta,2010.

Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi pendidikan,Jakarta:Rineka Cipta,2010.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2006.

Tohirin,Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2006.

Muhibbin Syah,Psikologi  Pendidikan,Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset,2006.

Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar,Jakarta:Rineka Cipta ,2002.

Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan,Jakarta:PT Remaja Rosdakarya ,1992.

Made Pidarta,Manajemen Pendidikan Indonesia.Jakarta: PT Rineka Cipta,2004.



[1]Slameto,Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta:Rineka Cipta,2010),hal.2
[2] Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi pendidikan,(Jakarta:Rineka Cipta, 2010),hal.60
[3] Muhibbin Syah,Psikologi Belajar,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2006),hal.59
[4]Tohirin,Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2006),hal.113
[5] Muhibbin Syah,Psikologi Belajar,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2006),hal.92
[6] Slameto,Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta:Rineka Cipta,2010),hal.27
[7] Muhibbin Syah,.Psikologi  Pendidikan,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset,2006),hal.31
[8] Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar,(Jakarta:Rineka Cipta,2002),hal 201
[9] Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan,(Jakarta:PT Remaja Rosdakarya,1992),hal.108
[10] Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi pendidikan,(Jakarta:Rineka Cipta, 2010),hal.75
[11]Tohirin,Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2006),hal.158
[12]Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia.(Jakarta: PT Rineka Cipta,2004),hal.47
[13] Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar,(Jakarta:Rineka Cipta,2002),hal 215.
[14]Slameto,Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta:Rineka Cipta,2010),hal.2
[15]Tohirin,Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2006),hal.113
[16] Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar,(Jakarta:Rineka Cipta,2002),hal 215.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar