jadikanlah kekuranganmu menjadi sebuah kelebihan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

makalah orientalisme



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Islam merupakan agama yang paling unggul dan tidak akan pernah diungguli oleh agama manapun, karena Islam merupakan agama yang hak dan tidak akan pernah menjerumuskan pengikutnya ke lembah kesesatan dalam mengarungi bahtera kehidupan di dunia dan sebagai acuan untuk bagaimana membekali diri menuju ke alam yang kekal yaitu alam akhirat. Karena keunggulan itulah timbul kedengkian pada agama Islam untuk dapat menyaingi dan meruntuhkan ajaran agama Islam dengan berbagai cara yang dilakukan yang ada pada pikiran mereka. Termasuk dengan cara perang dingin yaitu bereperang dengan cara yang halus melalui mempelajari berbagai macam khazanah keIslaman yang berpusat pada dunia Timur, yang mana tujuannya adalah untuk menyerang umat Islam secara perlahan-lahan dan melalui perang pemikiran yang mereka selewengkan akan kebenarannya demi kepentingan yang akan mereka capai. Mereka orang-orang dari bangsa Barat yang mempelajari keIslaman yang berada didunia Timur dengan maksud untuk kepentingan mereka terkumpul dalam wadah suatu paham yaitu Orientalisme. Yang akan dibahas pada pemaparan makalah dibawah ini.
B.    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan orientalisme?
2.      Mana saja yang termasuk ruang lingkup orientalisme
3.      Apa tujuan orientalisme?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Menjelaskan pengertian orientalisme
2.      Membahas ruang lingkup orientalisme
3.      Menjelaskan tujuan orientalisme



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Orientalisme
“Orientalisme” berasal dari kata-kata Perancis “Orient” yang berarti “timur”, kata tersebut berarti ilmu-ilmu yang berhubungan dengan dunia Timur. Orang-orang yang mempelajari atau mendalami ilmu-ilmu tersebut disebut “orientalist ” atau “ahli ketimuran”[1] Kata Orientalis digunakan bagi setiap cendekiawan Barat yang bekerja untuk mempelajari masalah keTimuran, baik dibidang bahasanya, etika, peradaban dan agamanya. Jadi, orientalis memerupakan suatu studi yang dilakukan oleh orang-orang Barat untuk mempelajari situasi Timur, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan sejarah, agama, bahasa, etika, seni, tradisi, serta adat kebiasaanya. Sebagaimana bahwa orientalisme adalah suatu warna perang dingin yang dilancarkan oleh bangsa Eropa guna memperdaya Islam dan umatnya, yang dilakukan setelah mereka kalah dan gagal dalam perang salib yang dahsyat.[2]
Orientalis pada mulanya berdiri diatas pendeta-pendeta, kemudian mereka berhubungan dengan kolonialis dan imperialis. Pada hakikatnya hingga kini pun tetap bersandar pada mereka, walaupun realitas yang mereka tunjukkan seakan-akan hanya risalah keagamaan dan urusan sosial semata. Namun dibalik layarnya, mereka pantau keadaan golongan-golongan yang ada di masyarakat sebagai data guna mengatur strata untuk mempermudah realisasi program-progrmnya.
Satu hal lagi yang sangat penting, bahwa semua kaum orientalis Barat, tanpa pengecualian adalah orang-orang yang mengingkari kenabian Muhammad, dan kafir terhadap Islam. Kebanyakan dari mereka adalah Ahli Kitab (bangsa Yahudi dan pemeluk Nasrani) yang dikenal sangat memusuhi Islam dan kaum Muslimin. Mereka dengan gigih dan terarah selalu membuat tipu daya terhadap ummat Islam. Selalu berusaha untuk meniupkan keragu-raguan terhadap kebenaran ajaran Islam, dan selalu berusaha untuk menyesatkan ummat Islam dari ajaran agamanya. Dengan kata lain merekalah yang disebut dan dimaksud dalam firmanAllah dalam surat Ali ‘Imraan ayat 69:
Artinya:
“Segolongan dari ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, danmereka tidak menyadarinya”.( QS. Ali ‘Imran : 69) [3]
Ø  Dr. Ahmad Abdul Hamid Ghurab Mendefinisikan:
Yaitu orientalisme adalah kajian yang akademis, yang dilakukanoleh bangsa Barat yang kafir, khususnya dari kalangan ahlul kitab tentang Islam dengan segala aspek, baik mengenai aqidah, syari’at, pengetahuan, kebudayaan, sejarah, aturan dan peraturan, hasil bumi dan potensi-potensinya. Tujuannya untuk merusak dan mengotori citra Islam, meniupkan keragu-raguan kepada kaum muslimin akan kebenaran dankepercayaan mereka terhadap ajarannya, menyesatkan mereka (muslimin) dari jalan yang diharuskan syari’atnya. Kemudian dengan berbagai cara diupayakan agar mereka mau mengikuti ajaran dan pemikiran Barat. Dalam usahanya itu mereka (kaum orientalis) mencoba dengan tipudayanya untuk mengelabuhi bahwa semua kajian itu seolah ilmiah dan objektiif. Karena mereka merasa akan adanya keunggulan dan kelebihan ilmu pengetahuan yang dimiliki bangsa Barat atas bangsa Timur yang Islam. [4]
B.    Ruang Lingkup Orientalisme
Ruang lingkup orientalisme yaitu antara lain:
1.      Keagamaan
Agama merupakan motif utama bagi para orientalis dalam menjalankan misi mereka.Yaitu ketika para pendeta melihat umat Nasrani dalam jumlah besar masuk dalam agama Islam, kemudian takjubnya khalayak ramai lainnya terhadap Islam yang tersimpan dalam lubuk hati mereka. Ketika melihat kemajuan dan keunggulan militer kaum muslimin, peradaban yang dimiliki umat Islam yang mempunyai pengaruh dalam merongsong aqidah (menurut orang-orang Barat), maka mereka menganggap Islam sebagai musuh satu-satunya bagi agama Nasrani.[5]. Yang penting bagi mereka adalah untuk mensudutkan agama Islam, memburuk-burukkan agama Islam dan memutar balikan kebenaran agama Islam. Ketika itu mereka memandang bahwa Islam merupakan musuh mereka. Tidak berhak berkembang dan kaum muslimin itu dipandangnya orang biadab, perampok dan pembunuh.[6] Kita juga tidak akan mendapatkan seorang pun pendeta Kristen, Yahudi, Rahib maupun Uskup, kecuali mereka benar-benar sangat keras menghantam umat Islam. Semua itu tidak ada tujuan lain, kecuali untuk memalingkan pandangan dan orang-orang Barat sehinggga mereka tidak lagi mengkritik aqidah dan kitab suci mereka, selain itu sisa-sisa perangsalib, ekspansi Turki Usmani ke Eropa masih terasa dalam hati orang-orang Barat. Sehingga membuat mereka takut dengan kekuatan Islam sehingga mereka selalu membenci umat Islam. Hal-hal tersebut diatas membuat temperatur jiwa mereka meningkat, sehingga membuat mereka semakin bersemangat untuk mempelajari tentang hal-hal yang berhubungan dengan keIslaman. Hal ini juga ditambah dengan tujuan para pendeta yang tidak melupakan tentang  penyebaran aqidah agama Nasrani, kerena memang hal itu yang pertama mereka inginkan. Lalu mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak layak, sebagai salah usaha untuk membuat keragu-raguan dalam hati kaum muslimin terhadap aqidah yang mereka imani dengan cara yang profesional. Dari segi lain mereka juga berusaha meyakinkan pengikutnya, bahwa peradaban Barat lebih unggul dari pada peradaban Islam. Mereka menggambarkan agama Islam dalam bentuk agama yang apatis dan tidak mampu mengikuti perkembangan zaman. Para orientalis juga bertujuan untuk menciptakan jiwa yang lemah dan pribadi pesimis dalam pribadi-pribadi umat Islam dan bangsa Timur lainnya, sehingga membuat mereka tunduk kepada peradaban materialis Barat yang modern. Dan diantara tipu daya mereka adalah selalu menyimpulkan ajaran umat Islam dari kondisi riil umat Islam sekarang (yang ada), dengan meninggalkan dan mengacuhkan referensi kaum muslimin dan peninggalan-peninggalan yang bernilai tinggi. Mereka juga selalu memilih lingkungan umat Islam yang paling parah dan bobrok untuk dijadikan contoh kenyataan dari hasil ajaran Islam.[7]
2.      Bahasa
Pemutusan sendi-sendi yang menghubungkan antara Arab dengan ummat Islam tidak mungkin dilakukan selama masih ada huruf Arab resmi, yang menyatukan ummatnya antara masa sekarang, dengan peninggalan-peninggalan masa lalu. Maka ia berfikir, jika mampu menjauhkan dan melupakan umat Islam dengan huruf Arab dan menggantinya dengan huruf latin, maka terputuslah hubungan antara Arab, umat Islam, al-Quranul karim, peninggalan-peninggalan keIslaman mereka, kebanggaan mereka menggunakan bahasa arab, kesusastraan,sejarah, dan pemikiran Islami. Kemudian jadilah bahasa Arab sebagai kesatuan bahasa yang tidak dikenal lagi bahkan setelah itu kesatuan ini menjadi saling controversial dengan masa. Maka hanya membutuhkan waktu sedikit lagi untuk menundukkan umat Islam. Akan menjadi gampang untuk mewarnai pengikut Muhammad dengan ajaran Kristen dan menjadikan mereka bangsa-bangsa yang mengikuti peradaban Barat. Dengan demikian, maka terealisasilah cita-cita orang-orang Eropa untuk mengakhiri eksistensi ajaran Islam dan kaum muslimin.[8]
3.      Sejarah
Ketika berakhirnya perang salib dengan kekalahan kaum salib, dimana menurut zahiri yahnya perang itu perang Agama dan pada hakekatnya perang penjajahan, orang-orang Barat tidak berputus asa untuk menduduki negeri-negeri Arab dan seterusnya negeri-negeri Islam .Lalu mereka berketetapan hati untuk mempelajari negeri-negeri itu.[9]
4.      Politik
Melihat bahwa kebutuhan politiknya menginginkan agar konsul dan dutanya yang memiliki bekal yang mapan tentang kajian yang berhubungan dengan dunia Timur. Dengan cara demikian mereka akan dapat menjalankan kepentingan-kepentingan politik bagi mereka, seperti membuat hubungan dengan para pemikir, wartawan dan ahli politik untuk mengenal pemikiran, situasi negara, dan menyebarkan aliran-aliran politik yang diinginkan negara-negara imperialis dinegara-negara jajahannya. Selain itu juga membuat hubungan dengan agen-agen yang mau dan mampu membantu mereka untuk merealisasikan tujuan-tujuan politik mereka dinegara tersebut.[10] Dengan dorongan politik itu, dapat dihembus-hembuskan semangat perpecahan diantara sesama bangsa yang satu, agama, dan diantara sesama bangsa yang berlainan agama, hal itu semua, tentunya setelah dipelajari cara-caranya dan kuncinya oleh ahli keTimuran. Meskipun penjajahna sudah lenyap, tetapi penjajahan dalam bentuk lain bisa saja diusahakan dengan berbagai jalan. Umpamanya penjajahan ekonomi, penjajahan aqidah, penjajahan pengaruh ideologi dan lain-lain.[11]
5.      Adat istiadat
Agar impian mereka benar-benar terwujud para orientalis mulai berusaha menghidupkan nilai-nilai sejarah kebangsaan (nasionalisme) Fir’aun di Mesir Phoenix di Damaskus, Lebanon dan Palestina dan bangsa Asyuria di Irak, hal ini digunakan untuk memecah belah umat Islam dan guna mengetahui sejauh mana ketangguhan Islam dalam mempertahankan kemerdekaaan, persatuan, ras, tanah air dan kekayaan alam. Serta sejauh mana keinginan kita untuk kembali memimpin peradaban sebagaimana yang pernah dicapai. Yaitu, kerinduan untuk mengikat kembali persatuan dan berjumpa dengan saudara-saudara seaqidah, menjalani hidup dengan budi pekerti yang tinggi, menghargai nilai-nilai sejarah dan mewujudkan kemaslahatan bersama.[12]Pada masa sekarang, setelah berkembang blok Timur dan blok Barat maka masing-masing dari mereka berusaha mempengaruhi akan masyarakat, dimana mereka ditempatkan untuk kepentingan politik dari negaranya. Dibawahnya hal-hal yang mempengarihi kebudayaan, kehidupan dan penghidupan kepada bumi puteranya. Sehingga tanpa disadari penduduk asli itu hanya mengalami perubahan dalam segala bidang, bidang kebudayaan dan keagamaan khususnya. Mereka tahu akan segi-segi kelemahan dari penduduk Timur, lalu kelemahan itu dapat dimanfaatkan oleh mereka.[13]
6.      Keilmuan
Sejak dahulu tidak ada yang menyangsikan kebenarannya dan terlukis dalam getirnya pengalaman historis bahwa orientalis dan misionaris bagaikan baut-baut dari seperangkat mesin imperialis. Yang tujuan utamanya adalah menggetarkan sendi-sendi Islam dengan mempopulerkan ilmu-ilmu sekuler Barat, kebudayaan Barat, kehidupan ala Barat yang lengkap dengan atribut dekadensinya, untuk mempengaruhi generasi Islam dan mereka yang lemah imannya agar mengkultuskan Barat sehingga rela meninggalkan peradaban serta bahasanya seakan-akan atas kesadarannya sendiri menjadi modern. Dalam bidang garapan ini, mereka mencapai hasil yang nyata, dengan perhitungan apabila generasi tersebut mencapai usia lanjut maka generasi berikutnya akan semakin jauh dengan ajaran Islam, lebih tidak mengerti lagi tentang fikih Islam, serta mengenal alquran hanya sebagian kecil saja dari ayat-ayatnya. Apabila telah sampai pada kondisi semacam ini maka mudahlah untuk dicundangi dan dikacaukan pemikiranya.[14]
7.      Ekonomi
Bagi negeri-negeri industri yang memerlukan pasaran untuk melemparkan hasil industrinya , mereka harus meneliti kesukaan negeri-negeri yang menjadi sasarannya, warna apa, kain apa, barang apa dan sebagainya. Sehingga barang-barangnya menjadi laku dan dan dapat pula membeli dari hasil-hasil bumi dari negeri Timur dengan harga yang murah. Kemudian dapat pula mematikan industri dalam negeri, demi memajukan industri mereka sendiri. Dari itu, memerlukan penellitian dan pengatahuan yang cukup tentang negeri-negeri Timur itu, bagi negeri-negeri Barat yang telah mempunyai kemajuan industri yang demikian pesat dan menghasilkan barang-barang yang tidak sedikit, yang perlu dilemparkan kepasar-pasar dunia.[15]
8.      Kesusasteraan
Terminologi orientalis menunjukkan betapa hebat dan berkuasanya kesusateraan mereka terhadap kita. Fenomena yang merekalakukan dengan meragukan keunggulan sastra Arab terhadap sastramereka, bertujuan untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa sastra Arab itu rendah dan kalah, jika dibandingkan dengan sastra mereka. Ini adalah contoh dari imperialisme sastra yang mereka inginkan, disamping imperialisme militer yang mereka ragukan.[16]
9.      Kemasyarakatan
Dengan menghidupkan paham kesukuan yang dulunya sempat mencuat dalam komunitas suatu masyarakat sebelum datangnya dinul  Islam. Mereka juga menghembuskan isu-isu yang dapat mengakibatkan perang saudara diantara mereka sendiri.[17]

10.   Archeologi, keturunan, dan lainnya.
Bagi kaum muslimin kebudayaan Islam adalah asli, dalam pengertian ia lepas dari tradisi-tradisi Yunani dan Romawi atau kebudayaan yang dipusakai dari Persia. Bangunan kebudayaan Islam didirikan diatas kepercayaan Islam, dengan sendirinya pula alqur’an dan kehidupan serta ajaran nabi besar Muhammad saw. Islam telah menjadi sumber ilham utama bagi beragam kebudayaan kaum muslimin. Diberbagi bagian dunia Islam, pola-pola kebudayaan sesungguhnya telah mengalami evolusi dengan sedikit variasi. Kebanyakan itu bersifat detail, disebabkan keadaan setempat. Dengan tauhid, kebudayaan Islam berbeda dengan peradaban-peradaban lainnya. Tidak mengakui perbedaan-perbedaan bangsa, warna dan Negara. Juga tidak memperlihatkan penghargaan istimewa terhadap pakaian dan makanan. Disebagian kaum orientalisten, timbullah kesan, bahwa agama Islam tidak mempunyai apa-apa, dan hanyalah merupakan pengambilan dari agama Yahudi dan Kristen.[18] Dalam kajian orientalisme mempunyai karakter khusus yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pemahaman orientalisme itu sendiri yaitu orientalisme merupakan suatu kajian yang merupakan suatu ikatan yang sangat erat hubunganya dengan kolonial Barat. Khususnya kaum kolonial Britania dan Perancis sejak akhir abad 18 hingga usai perang dunia kedua. Kemudian dilanjutkan oleh kolonial Amerika (sebagai simbol colonial Barat) hingga dewasa ini.
Jadi fenomena orientalisme berkaitan erat dengan kolonialisme. Dimana ada kolonialisme, disitu pula ada orientalisme. Semua negara Barat yang penjajah, mempunyai organisasi orientalisme.
1.      Orientalisme merupakan gerakan yang mempunyai ikatan yang sangat kuat dengan gerakan Kristenisasi. Halini terbukti dengan membengkaknya jumlah kaum Nasrani yang mensepesialisasikan dirinya dalam sekolah kepasturan untuk mengkaji kitab-kitab perjanjian lama dan perjanjian baru. Kemudian mereka dipersiapkan secara khusus (dengan bekerja sama orientalisme Yahudi) untuk mempelajari tentang Islam dan kaum muslimin, dengan tujuan yang beraneka ragam. Antar lain mengenal lebih jauh masalah-masalah yang mungkin dapat digunakan sebagai sarana untuk mengotori citra Islam, menumbuhkan rasa perselisihan dikalangan umat Islam, serta menumbuhkan rasa keragu-raguan terhadap ajaran agama Islam dan berusahasemaksimal mungkin untuk memurtadkan umat Islam.
2.      Orientalisme merupakan kajian gabungan yang kuatantara kolonialisme dengan gerakan Kristenisasi, yang validitas ilmiah dan obyektifitasanya tidak dapat dipertanggung jawabkan secara mutlak, khususnya dan mengutarakan kajian tentang Islam. Yang demikian itu mereka lakukan dengan menggunakan segala bentuk sarana dan prasarana. Antar lain seruan untuk memajukan dan mengak tualisasikan evolusi Islam, westernisasi, dan modernisasi, asimilasi kebudayaan, ateisme, nasionalisme, dialog pendekatan antar agama.
3.      Orientalisme merupakan bentuk kajian yang dianggap paling potensial bekerja sebagai konsultan bagi Negara dalam merencanakan politik mereka guna diterapkan pada satu wilayah jajahan yang dibarengi dengan gerakan Kristenisasi diseluruh wilayah yang penduduknya beragama Islam.

C.    Tujuan Orientalisme
Tujuan utama orientalisme adalah mengungkap dan menyingkap signifikansi simbolik ungkapan kultural Islam yang dalam, dimana bahasa Arab merupakan wahana utamanya. Harus kita akui dengan terus terang bahwa beberapa orang diantara para orientalis telah menghabiskan sebagian umur, kekuatan atau kemampuan mereka mempelajari agama Islam. Mereka bentuk organisasi untuk menyelidiki dan mempelajari masalah-masalah keTimuran dan keIslaman tanpa pengaruh-pengaruh politik ,ekonomi, atau agama, tetapi semata-mata kedoyanan atau kegemaran mereka mendapatkan ilmu pengetahuan.[19] Orientalist yang kerjanya hanya mencari kejelekan-kejelekan dan kelemahan-kelemahan agama Islam, kebudayaan Islam, dan sejarah Islam, yang mereka sengaja membeberkannya dalam kitab-kitab karangan mereka dengan tujuan tertentu yang bersifat politik dan agama. Adapun tujuan-tujuan yang ingin mereka wujudkan adalah:
1.      Membuat keraguan terhadap keabsahan alqur’an sebagai firman Allah Para Orientalis mengatakan tentang humanismenya Al Qur’an sehingga mereka berkesimpulan bahwa ia bukan besumber dari Allah, tapi merupakan ungkapan tentang lingkungan Arab yang dikarang oleh seorang Rasul[20]
2.      Membuat keraguan terhadap kebenaran ajaran nabi Muhammad Upaya peraguan yang mereka lakukan mencakup masalah keabsahan hadist-hadist Nabi Muhammad, mereka mencari-cari alasan bahwa hadist Rasulullah mengandung dusta tanpa menghiraukan usaha keras yang dilakukan ulama-ulama kita dalam menyeleksi hadist-hadist yang sahih atau tidak.[21]
3.      Membuat keraguan terhadap urgensi bahasa Arab sebagai bahasa yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Tidak hayal lagi, bahwa bahasa Arab termasuk salah satu bahasa dunia yang paling kaya kosa katanya, istilah-istilah didalamnya, dan ia mampu berjalan seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.[22]
4.      Membuat keraguan terhadap nilai fikih Islami yang asasi. Para orientalis benar-benar membuat kekeliruan ketika menelaah tentang kebebasan undang-undang fikih tersebut. jadi mereka langsung saja menduga bahwa fikih yang luar biasa ini bersumber dari undang-undang Romawi (Eropa).[23]
5.      Membuat keraguan terhadap nilai peninggalan kebudayaan Islam dan ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh cendikiawan muslim. Dalam pandangan mereka, Islam hanya bisa berdiri terbengong dihadapan kemajuan manusia dan mencekik perjalanan hidup ini. Padahal, sebagaimana kita ketahui Islam bukanlah agama yang mencekik nilai-nilai akal dan Islam selalu mengajak orang untuk menggunakan akalnya.
6.      Melemahkan jiwa ukhuwah Islamiyah antara sesama umat Islam diberbagi Negara. Mereka menghembus isu-isu yang dapat mengakibatkan perang saudara. Demikian juga yang mereka lakukan dinegara-negara Islam dansecara terang-terangan menghalangi persatuan dan kekompakan ummat Islam dengan metode jahat yang ada pada pikiran mereka[24]
7.      Mereka pertama-tama menentukan objek yang akan mereka kritik, lalu dengan segala kepandaian dan kecerdikan berfikir mereka, mereka tetapkan cara-cara membeberkannya. Sekalipun hal-hal yang merekakemukakan itu bohong semata dan tak ada nilai sama sekali, mereka sajikan begitu rupa seakan-akan kejadian yang sebenarnya, sebab mereka tambahi dan bumbui. Lalu mereka tetapkan pandangan mereka tentang hal-hal tersebut yang tidak ada sama sekali dalam agama Islam, hanya keluar dari otak khayal mereka sendiri[25]
8.      Tujuan akhirnya adalah untuk menggantikan fenomena-fenomenadan pemahaman-pemahaman yang membantu Islam, juga mengecilkan peran penting Islam serta efeknya dalam kehidupan perorangan, maupun masyarakat. Dalam waktu yang sama, pemikiran Barat, aturan-aturannya, dan kebudayaannya semakin mengental dan mengkristal dalam pemikiran umat Islam itu sendiri. Apabila tujuan diatas benar-benar membuahkan hasil yang baik dalam masyarakat Islam, sehingga sesat dari jalan yang benar, menjadi kacau balau, dan terjerat dalam suatu jaringan pemikiran Barat, maka umat Islam sendiri akan yang memusuhi Islam yang telah berhasil didirikan oleh musuh-musuhnya dengan perantaraan para orientalis maupun kelompok lainnya. Demikianlah, begitu mudah dan gampang bagi mereka untuk memerangi masyarakat Islam. Yaitu, dengan menghubungkannya denganfenomena-fenomena dan prinsip-prinsip serta pemikiran-pemikiran Kafir Barat agar umat Islam benar-benar hidup dalam jeratan musuh-musuhnya .Dalam hal ini Allah Swt. berfirman:[26]
Artinya: “
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain smenyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.[27]”( QS. At-Taubah:32-33).




BAB III
PENUTUP
A.     kesimpulan
 Orientalisme merupakan suatu bagian dari perang yang dilancarkan oleh bangsa Eropa yang ingin menghancurkan Islam dan dengan secara halus masuk mempelajari kajian ke Islaman guna memperdaya Islam dan Umatnya, yang dilakukan setelah mereka kalah dan gagal dalam tragedi perang salib yang dahsyat. Fenomena orientalisme berkaitan erat dengan kolonialisme, karenadimana ada kolonialisme , disitu pula terdapat orientalisme. Semua Negara Barat yang menjajah, mempunyai organisasi orientalisme. Yang mana Orientalisme tersebut bertujuan untuk memperlancar kepentingan mereka sendiri pada dunia Timur.
B.     Saran
Demikianlah uraian singkat yang dapat kami sampaikan. Kami mengakui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.











DAFTAR PUSTAKA

A.Hanafi, Orientalisme Dinjau Menurut Kacamata Agama, Jakarta: PustakaAlhusna, 1981
Abul Hasan Ali Al Hasani An Nadwi, Islam dan Para Orientalist, terj. Bey Arifin, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983.
Hasanain Batth, Anatomi Orientalisme, Terj. M. Faisal Muchtar, Jogjakarta: Menara Kudus, 2004.
Ismail Jakub, Orientalisme dan Orientalisten, Surabaya: CV. Vaizan, 1971.




[1] A. Hanafi, Orientalisme Dinjau Menurut Kacamata Agama, (Jakarta: Pustaka Alhusna,1981), hlm. 9.
[2] 2 Hasanain Batth, Anatomi Orientalisme, Terj. M. Faisal Muchtar, (Jogjakarta: MenaraKudus, 2004), hlm. 19.
[3] A. Hanafi, Ibid, hlm. 18-19.
[4] A. Hanafi Ibid., hlm. 20-21.
[5] Hasanain Batth, op. cit . , hlm. 4411.
[6] . Ismail Jakub,Orientalisme dan Orientalisten, (Surabaya: CV. Vaizan, 1971), hlm. 22.
[7] 12 Hasanain Batth, op. cit., hlm. 44-46.
[8] Hasanain Batth, op. cit., hlm. 47-48.
[9] Ismail Jakub , op.cit. hlm. 24.
[10] Hasanain Batth, op. cit. , hlm. 549.
[11] Ismail Jakub, op.cit., hlm. 26.
[12] Hasanain Batth, op. cit., hlm. 53.
[13] Ismail Jakub, op.cit ., hlm. 25.
[14] Ibrahim kholil Ahmad, op.cit ., hlm. 79-80.
[15] A. Hanafi, op.cit .,hlm. 24.
[16] Hasanain Batth, op. cit . , hlm. 76.
[17] A. Hanafi, op.cit .,hlm. 86.
[18] Ismail Jakub, op.cit ,. hlm 60.
[19] Abul HasanAli Al Hasani An Nadwi, Islam dan Para Orientalist , terj. Bey Arifin,(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983), hlm. 28
[20] Hasanain Batth,op. cit., hlm. 69.
[21] A. Hanafi, op.cit .,hlm. 74.
[22] A. Hanafi, op.cit .,. 76-77.
[23] A. Hanafi, op.cit ., 78.
[24]  A. Hanafi, op.cit ., 84-85.
[25]  A. Hanafi, op.cit ., 86-87.
[26]  Abul Hasan Ali Al Hasani An Nadwi, op. cit., hlm. 23.
[27] Hasanain Batth, op. cit., hlm. 89-90.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar